Kenapa Bisa Marginal?
Penampilan boleh seperti berandalan, tapi akal dan etika masih
tetap dalam norma dan kaidah seorang yang berpendidikan. Permasalahan demi
permasalahan timbul dalam setiap langkah dan perjalanan dikarenakan penampilan
yang pada akhirnya menimbulkan sebuah pertentangan dan diskriminasi sepihak. Dan
pada dasarnya kebebasan seseorang berpenampilan dan berpendapat merupakan suatu
semboyan bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, "berbeda
– beda tetapi tetap satu". Akan tetapi semboyan ini hanya menjadi
sebatas semboyan pada hari ini.
Berbicara soal penampilan tidak lengkap rasanya kalau kita tidak
membahas kaum - kaum marginal atau kaum – kaum yang terpinggirkan, yaitu
sekumpulan orang - orang yang memisahkan diri dari sebuah aturan atau sebuah
ketetapan yang bertentangan dengan paham dan ideologi mereka. Meskipun pada
sasana kehidupan hari banyak sekali orang - orang yang memisahkan diri atau
memarginalkan diri mereka tanpa alasan dan penyebab yang pasti, sehingga menimbulkan
stigma negatif terhadap mereka.
Berangkat dari permasalahan penampilan dan pengambilan sikap untuk
memarginalkan diri, tidak lepas rasanya dari peran oknum - oknum tertentu, yang
memiliki tanggung jawab akan hal ini. Semisalnya; seorang anak remaja yang
memutuskan diri menjadi anak punk yang notabenenya dianggap sebagai kaum atau
sekumpulan orang -orang marginal, permasalahan ini sering muncul ketika peran
orang tua untuk membimbing dan mendidik karakter anak sejak usia dini tidak
berjalan dengan baik , sehingga anak lebih cenderung memilih gaya hidup yang
bebas tanpa tau apa dari efek sampingnya.
Dan kalau kita bawa lagi permasalahan ini kerana kehidupan
berkewarganegaraan, banyak sekali orang - orang yang merasa ter-marginalkan dan
pada akhirnya mengambil sikap untuk memarginalkan diri mereka dengan alasan
yang tepat. Akan tetapi kurangnya edukasi dari oknum - oknum yang mempunyai
kewajiban akan ini, menimbulkan stigma yang berbeda dari orang - orang yang
merasa ter-marginalkan dan memarginalkan diri.
Ketika permasalahan ini kita bawa kerana intelektual, seperti ranah
kemahasiswaan, banyak sekali permasalahan yang ditimbul ketika sebuah kampus
yang pada awalnya merupakan institusi keagaman dan berubah menjadi institusi
yang universal. Semisal, permasalah penampilan dan gaya pola pikir banyak
sekali menjadikan mahasiswa yang pada hari ini memilih sikap memarginalkan diri
dari aturan - aturan yang ada. Di karenakan penerapan ideologi dan kajian
universal yang membuat mahasiswa memiliki pola pikir yang lebih universal, akan
tetapi dengan kebelum siapan sebuat institusi tadi menerima sebuah pemikiran
dan pola yang universal sehingga menjadikan pengekangan ideologi dan pada
akhirnya memunculkan mahasiswa - mahasiswa yang memarginalkan diri dari aturan yang
ada.
Pada dasarnya permasalahan penampilan pada hari ini masi saja
menjadi masalah yang sensitif dan pada akhirnya menimbulkan pertikai,
pertentangan, dan memunculkan banyaknya kaum - kaum yang meras di diskriminasi
dan pada akhirnya memilih untuk memarginalkan diri dari aturan yang telah ada.
Baik itu dalam sebuah keluarga, institusi pendidikan, derah, dan berkewarganegaraan.
Komentar
Posting Komentar